Rabu, 26 April 2017

Kisah Rasulullah SAW #1



Kisah ini merupakan salah satu kisah Rasulullah yang paling aku sukai

Senin kemarin, tanggal 24 April 2017 merupakan tanggal merah untuk memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Isra’ Mi’raj ialah 2 peristiwa perjalanan yang berbeda yang terjadi hanya dalam satu malam saja. Peristiwa Isra’ yaitu Rasulullah SAW.  diberangkatkan dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa, sedangkan Mi’raj yaitu perjalanan Rasulullah SAW. dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Disini, beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan shalat lima waktu.

Sahabatku..

Cinta Rasulullah terhadap umatnya tidak diragukan lagi, bahkan disaat nafasnya yang terakhir beliau masih memikirkan kita, beliau menyebut nama kita sebanyak 3 kali
{Umatku, Umatku, Umatku..}

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW. Sebelum wafat. Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi beliau sangat lemah.

Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta bilal memanggil semua sahabat dating ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendapat taushiyah dari Rasulullah SAW.
Beliau duduk dengan lemah diatas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yang tengah dideritanya.

Kemudian Rasulullah SAW. Bersabda: “Wahai sahabat-sahabatku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa Allah SWT itu adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah?” Semua sahabat menjawab dengan suara bersemangat, “Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa seseungguhnya Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah.”

Kemudian Rasulullah SAW. Bersabda: persaksikanlah ya Allah, sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka.”

Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yang Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.

Akhirnya sampailah pada satu pertanyaan yang menjadikan para sahabat sedih dan terharu.
Rasulullah SAW. Bersabda: “Sesungguhnya aku akan pergi menemui Allah, dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut, karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan manusia.”

Ketika itu, semua sahabat diam, dan dalam hati masing-masing berkata “Mana ada Rasulullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yang banyakberhutang kepada Rasulullah”
 Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.

Tiba-tiba bangun seorang lelaki yang bernama UKASYAH, seorang sahabat mantan preman sebelum masuk islam, dia berkata: “Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta Engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah Engkau melakukan apa-apa.”

Rasulullah SAW. berkata: “ Sampaikanlah wahai ukasyah”

Maka ukasyah pun mulai bercerita: “Aku masih ingat ketika perang uhud dulu, satu ketika Engkau menunggang kuda, lalu Engkau pukulkan cambuk kebelakang kuda. Tetapi cambuk tersebut tidak kena pada belakang kuda, tetapi justru kena pada dadaku, karna aku berdiri di belakang kuda yang Engkau tunggangi wahai Rasulullah”

Mendengar itu, Rasulullah SAW. berkata: “Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama”

Dengan suara yang agak tinggi, Ukasyah berkata: ”Kalau begitu, aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah.” Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah telah mengatakan demikian.
Sedangkan ketika itu, sebagian sahabat berteriak marah apad Ukasyah. “Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah, bukankan Baginda sedang sakit..!?

Ukasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk dirumah anaknya, Fatimah.
Bilal meminta cambuk itu pada Fatimah, kemudia Fatimah bertanya: “Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?” Bilal menjawab dengan nada sedih: “Cambuk ini akan digunakan Ukasyah untuk memukul Rasulullah”
Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata: “ Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sedang sakit. Kalu mau pukul, pukullah aku anaknya”.  Bilal menjawab: “Sesungguhnya ini adalah urusan mereka berdua”.

Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid, lalu diberikan kepada Ukasyah. Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.

Tiba-tiba Abu Bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata: “ Ya Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang pertama yang beriman dengan apa yang Rasulullah SAW sampaikan. Akulah sahabatnya dikala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku”.
Rasulullah SAW: “Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah”.

Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata: “Ukasyah..! Kalu engkau mau pukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat menyakitinya. Itu dulu, sekarang tidak boleh ada seorangpun yang menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!”
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW: “Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah”.

Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah, tiba-tiba berdiri Ali bin Abu Thalib sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW. Ali menghalangi Ukasyah sambil berkata: “Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah”.
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW: “Duduklah wahai Ali. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah”.

Ukasyah semakin dekat dengan Rasulullah. Tiba-tiba tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen. Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon. “Wahai Paman, pukullah kami Paman, Kakek kami sedang sakit. Pukullah kami saja wahai Paman, Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah, dengan memukul kami sesungguhnya itu sama dengan menyakiti kakek kami, wahai Paman”,
Lalu Rasulullah SAW berkata: “Wahai cucu-cucu kesayanganku, duduklah kalian. Ini urusan Kakek dengan Paman Ukasyah”.

Begitu sampai di tangga mimbar, dengan lantang Ukasyah berkata: “Bagaimana aku mau memukul Engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini”.
Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah, Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi: “Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju, Ya Rasulullah”.

Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah. Tanpa berlama-lama dalam keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yang sangat indah, sedang beberapa batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.
Kemudian Rasulullah SAW berkata: “Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Nanti Allah akan murka padamu”.

Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, cambuk di tangannya ia buang jauh-jauh, kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya sambil menangis sejadi-jadinya.

Ukasyah berkata: “Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti Engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu. Seumur hidupku aku bercita-cita dapat memelukmu. Karna sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka, dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah…”.

Rasulullah SAW dengan senyum berkata: “Wahai sahabat-sahabatku semua, kalau kalian ingin lihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!”
Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat bergantian memeluk Rasulullah SAW.

Allahumma Salli ‘Ala Sayyidina Muhammad, wa ‘Ala Ali Sayyidina Muhammad.

Semoga dengan cerita ini, kita menjadi lebih mencintai baginda kita Rasulullah SAW. ^_^

Selasa, 25 April 2017

Thaharah

-Tulisan ini juga untuk pengingat diri pribadi-
Thaharah atau bersuci merupakan hal penting dalam islam. Itulah sebabnya mengapa kebanyakan buku fikih islam membahas tentang bersuci pada bab bagian awal.
 
Firman Allah SWT : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang suka bertobat dan yang suka menyucikan diri” (QS Al-Baqarah [2]: 222)
 
Bersuci ialah membersihkan diri, tempat, pakaian dan benda-benda lain dari kotoran dan najis. Bersuci merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum kita melakukan ibadah.
Ada 3 macam cara untuk bersuci, yaitu wudhu, tayamum, dan mandi junub. Wudhu dan tayamum digunakan untuk bersuci dari hadas kecil seperti buang angin, kencing, bab, menyentuh kemaluan secara langsung, tidur pulas (sampai tak sadarkan diri). Sedangkan mandi junub digunakan untuk bersuci dari hadas besar seperti haid, nifas, istijma’ (bertemunya dua kemaluan).
 
Disini hanya akan dijabarkan tentang tata cara mandi junub atau mandi wajib
Berikut merupakan tata cara mandi wajib mengikuti cara yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmizi
( Sumber : Buku Brain, Beauty, Belief oleh Dian Pelangi )
1.      Membaca bismillah sambil berniat untuk membersihkan hadats besar
2.      Membasuh tangan sebanyak 3 kali
3.      Membasuh alat kelamin dari kotoran dan najis
4.      Mengambil wudhu sebagaimana biasa , kecuali kaki. Kaki dibasuh setelah mandi nanti
5.      Membasuh keseluruhan rambut di kepala
6.      Membasuh kepala beserta telinga sebanyak 3 kali dengan 3 kali menimba air
7.      Meratakan air ke seluruh tubuh disebelah lambung kanan dari atas sampai kebawah
8.      Meratakan air ke seluruh tubuh disebelah lambung kiri dari atas sampai kebawah
9.      Menggosok bagian-bagian yang sulit, seperti pusar, ketiak, dan lutut supaya terkena air
10.  Membasuh kaki