Kisah Rasulullah SAW #1
Kisah ini merupakan salah satu kisah Rasulullah yang paling aku sukai
Senin
kemarin, tanggal 24 April 2017 merupakan tanggal merah untuk memperingati Isra’
Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Isra’ Mi’raj ialah 2 peristiwa perjalanan yang berbeda
yang terjadi hanya dalam satu malam saja. Peristiwa Isra’ yaitu Rasulullah
SAW. diberangkatkan dari Masjidil Haram
hingga Masjidil Aqsa, sedangkan Mi’raj yaitu perjalanan Rasulullah SAW.
dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi.
Disini, beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan
shalat lima waktu.
Sahabatku..
Cinta
Rasulullah terhadap umatnya tidak diragukan lagi, bahkan disaat nafasnya yang
terakhir beliau masih memikirkan kita, beliau menyebut nama kita sebanyak 3
kali
{Umatku, Umatku, Umatku..}
{Umatku, Umatku, Umatku..}
Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW. Sebelum wafat. Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi beliau sangat lemah.
Pada
suatu hari Rasulullah SAW meminta bilal memanggil semua sahabat dating ke
Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya
merasa rindu setelah agak lama tidak mendapat taushiyah dari Rasulullah SAW.
Beliau
duduk dengan lemah diatas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yang
tengah dideritanya.
Kemudian
Rasulullah SAW. Bersabda: “Wahai sahabat-sahabatku semua. Aku ingin bertanya,
apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa Allah SWT itu adalah
satu-satunya Tuhan yang layak disembah?” Semua sahabat menjawab dengan suara
bersemangat, “Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa
seseungguhnya Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah.”
Kemudian
Rasulullah SAW. Bersabda: persaksikanlah ya Allah, sesungguhnya aku telah
menyampaikan amanah ini kepada mereka.”
Kemudian
Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yang Rasulullah sabdakan selalu
dibenarkan oleh para sahabat.
Akhirnya
sampailah pada satu pertanyaan yang menjadikan para sahabat sedih dan terharu.
Rasulullah
SAW. Bersabda: “Sesungguhnya aku akan pergi menemui Allah, dan sebelum aku
pergi, aku ingin menyelesaikan urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya
kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin
menyelesaikan hutang tersebut, karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam
keadaan berhutang dengan manusia.”
Ketika
itu, semua sahabat diam, dan dalam hati masing-masing berkata “Mana ada
Rasulullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yang banyakberhutang kepada
Rasulullah”
Rasulullah
SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.
Tiba-tiba
bangun seorang lelaki yang bernama UKASYAH, seorang sahabat mantan preman
sebelum masuk islam, dia berkata: “Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah
ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta Engkau selesaikan.
Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah Engkau melakukan apa-apa.”
Rasulullah
SAW. berkata: “ Sampaikanlah wahai ukasyah”
Maka
ukasyah pun mulai bercerita: “Aku masih ingat ketika perang uhud dulu, satu
ketika Engkau menunggang kuda, lalu Engkau pukulkan cambuk kebelakang kuda.
Tetapi cambuk tersebut tidak kena pada belakang kuda, tetapi justru kena pada
dadaku, karna aku berdiri di belakang kuda yang Engkau tunggangi wahai
Rasulullah”
Mendengar
itu, Rasulullah SAW. berkata: “Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah.
Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama”
Dengan
suara yang agak tinggi, Ukasyah berkata: ”Kalau begitu, aku ingin segera
melakukannya wahai Rasulullah.” Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah telah
mengatakan demikian.
Sedangkan
ketika itu, sebagian sahabat berteriak marah apad Ukasyah. “Sungguh engkau
tidak berperasaan Ukasyah, bukankan Baginda sedang sakit..!?
Ukasyah
tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk
dirumah anaknya, Fatimah.
Bilal
meminta cambuk itu pada Fatimah, kemudia Fatimah bertanya: “Untuk apa
Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?” Bilal menjawab dengan nada sedih:
“Cambuk ini akan digunakan Ukasyah untuk memukul Rasulullah”
Terperanjat
dan menangis Fatimah seraya berkata: “ Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku
Rasulullah? Ayahku sedang sakit. Kalu mau pukul, pukullah aku anaknya”. Bilal menjawab: “Sesungguhnya ini adalah
urusan mereka berdua”.
Bilal
membawa cambuk tersebut ke Masjid, lalu diberikan kepada Ukasyah. Setelah
mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.
Tiba-tiba
Abu Bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata: “ Ya Ukasyah..! kalau
kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang pertama yang beriman dengan apa
yang Rasulullah SAW sampaikan. Akulah sahabatnya dikala suka dan duka. Kalau
engkau hendak memukul, maka pukullah aku”.
Rasulullah
SAW: “Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah”.
Ukasyah
menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil
berkata: “Ukasyah..! Kalu engkau mau pukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak
suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat menyakitinya. Itu dulu,
sekarang tidak boleh ada seorangpun yang menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau
engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!”
Lalu
dijawab oleh Rasulullah SAW: “Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan
Ukasyah”.
Ukasyah
menuju kehadapan Rasulullah, tiba-tiba berdiri Ali bin Abu Thalib sepupu
sekaligus menantu Rasulullah SAW. Ali menghalangi Ukasyah sambil berkata:
“Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah”.
Lalu
dijawab oleh Rasulullah SAW: “Duduklah wahai Ali. Ini urusan antara aku dengan
Ukasyah”.
Ukasyah
semakin dekat dengan Rasulullah. Tiba-tiba tanpa disangka, bangkitlah kedua
cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen. Mereka berdua memegangi
tangan Ukasyah sambil memohon. “Wahai Paman, pukullah kami Paman, Kakek kami
sedang sakit. Pukullah kami saja wahai Paman, Sesungguhnya kami ini cucu
kesayangan Rasulullah, dengan memukul kami sesungguhnya itu sama dengan
menyakiti kakek kami, wahai Paman”,
Lalu
Rasulullah SAW berkata: “Wahai cucu-cucu kesayanganku, duduklah kalian. Ini
urusan Kakek dengan Paman Ukasyah”.
Begitu
sampai di tangga mimbar, dengan lantang Ukasyah berkata: “Bagaimana aku mau
memukul Engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau
engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini”.
Rasulullah
SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat
memapahnya ke bawah, Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara
tegas Ukasyah berkata lagi: “Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai
baju, Ya Rasulullah”.
Para
sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah. Tanpa berlama-lama dalam
keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh
Rasulullah yang sangat indah, sedang beberapa batu terikat di perut Rasulullah
pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.
Kemudian
Rasulullah SAW berkata: “Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu
berlebih-lebihan. Nanti Allah akan murka padamu”.
Ukasyah
langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, cambuk di tangannya ia buang
jauh-jauh, kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya sambil
menangis sejadi-jadinya.
Ukasyah
berkata: “Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang sanggup
menyakiti Engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya agar aku dapat
merapatkan tubuhku dengan tubuhmu. Seumur hidupku aku bercita-cita dapat
memelukmu. Karna sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh
api neraka, dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya
Rasulullah…”.
Rasulullah
SAW dengan senyum berkata: “Wahai sahabat-sahabatku semua, kalau kalian ingin
lihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!”
Semua
sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat bergantian memeluk
Rasulullah SAW.
Allahumma
Salli ‘Ala Sayyidina Muhammad, wa ‘Ala Ali Sayyidina Muhammad.
Semoga
dengan cerita ini, kita menjadi lebih mencintai baginda kita Rasulullah SAW.
^_^
0 komentar:
Posting Komentar